Untuk yang Dilepas dan Melepaskan
Ini bukan
ditujukan untuk yang sedang ditinggalkan, atau yang meninggalkan. Tapi untuk
kita yang sedang sulit menerima pilihan dan keputusan seseorang, dan untuk kita
yang sedang merasa salah telah memilih sebuah keputusan atas seseorang; untuk
jujur dan pergi ketika sadar akan banyak luka yang timbul jika tetap tinggal. Keputusan
untuk memilih terlihat kejam daripada berlama-lama memanjakan orang lain dalam
kebohongan. Tidak ada rasa nyaman yang
timbul dari sebuah paksaan.
Untuk
yang sedang sedih hatinya, berbagi lah pada seseorang yang sangat kau percaya. Tak
perlu minta pendapat, karena hati yang sedih tidak butuh nasihat, ia hanya
butuh dikosongkan dari hal-hal yang membuatmu begah; lewat mulutmu, lewat
jemarimu. Bercerita lah kepada sahabatmu, tak perlu menjadi kuat hari ini,
menangis lah ketika terasa sakit, tertawa lah ketika mengingat hal-hal manis. Menulis
lah sebagai anonim jika kau tak percaya siapapun untuk mendengar ceritamu,
tumpahkan tangisanmu lewat tulisan jika sudah kering air matamu.
Untuk
yang sedang merasa bersalah telah membunuh senyum seseorang, ingat lah kau
sedang mengalah pada egomu untuk tetap bertahan namun malah saling menyakiti. Ingat
lah kau sedang menyelamatkan kebahagiaan yang lebih besar; yang akan kalian
raih walau tidak bersama-sama. Ingat lah kau sedang menghargai waktu(nya) untuk
tidak dihabiskan dengan bersitegang denganmu, atau untuk mengalah pada kerasnya
hatimu, atau untuk mendengar keluhanmu. Saya tau, tidak mudah berpura-pura
tidak melihat kesedihan seseorang (yang pernah sangat kau jaga perasaannya),
tapi empatimu tak ada gunanya kali ini. Hatimu bergetar bukan karena menyesal,
percaya lah ia hanya bereaksi sesaat. Tutup matamu dan berjalanlah pada pilihan
yang telah kau buat, dia tidak apa-apa, dia
hanya butuh waktu sedikit lebih lama.
Untuk
yang sedang kecewa dilepaskan karena kalian berbeda. Perbedaan itu indah, kita tidak harus menyamakan segalanya, kita hanya
perlu menyelaraskannya. Tapi jangan menolak kenyataan ada perbedaan yang bagaimana
pun kau berupaya menjadikannya selaras, hasilnya juga tidak akan baik. Kemudian
ia memilih untuk membiarkanmu menjadi
diri sendiri, dan ia menjadi dirinya sendiri; tanpa paksaan untuk berubah,
tanpa kemarahan karena salah satu dari kalian tak kunjung berubah. Ketahuilah,
ia mungkin lelah dan memutuskan untuk mengalah.
Dan
jika kau dilepaskan karena ada sesuatu pada hatinya yang berubah, ia juga tak
bisa memilih kapan Yang Maha Mengatur mengubah pandangan dan perasaannya, ia
tak bisa menghidupkan lagi sesuatu yang mati di luar kemauannya. Dari sudut
pandangnya, kau akan lebih terluka jika ia tetap bersamamu tanpa dasar apa-apa;
maksudku hal-hal estetis yang kalian dulu sering sebut ‘cinta’. Jika ia tetap
peduli, itu adalah kasih sayangnya padamu yang bertahun-tahun kalian besarkan
bersama; yang hari ini telah berubah menjadi dasar sebuah persahabatan.
Untuk
kau dan dia (dan kita) yang pernah berjalan di rute yang sama, sekarang mungkin
Tuhan sedang ingin menjadikan kita mandiri; dengan tidak menggantungkan
perasaan pada tangan siapapun. Untukmu yang memilih pergi, terima lah
kesedihannya dalam diam mu; rasa pedulimu hanya akan menyakitinya lebih dalam
kali ini. Untukmu yang ditinggalkan, terima lah keputusannya dengan besar hati,
percaya lah ia juga mengorbankan dirinya sendiri untuk sampai di tahap ini.
Ps : tidak ditulis oleh orang
yang (hanya pernah) meninggalkan seseorang, tapi juga orang yang pernah
ditinggalkan dan akhirnya berdamai dengan keadaan.
Semoga kita semua bahagia <3
Komentar
Posting Komentar
some comments please :)