Perihal Menunggu dan Rindu
Pada akhirnya, aku kembali menjadi aku yang memaksa matahari turun lebih awal. Lekaslah malam, Tuhan. Lekaslah Sabtu.. Aku sudah menelan dua pagi tanpa selamat pagi darimu. Tapi kupastikan, aku selamat pagi ini, untuk tetap menunggumu pulang. Aku sudah terpejam dua malam tanpa selamat tidur darimu. Tapi kupastikan, tidurku selamat malam ini, untuk tetap berbicara denganmu di mimpiku. Sayang, rinduku serupa kilat yang tak mau mengalah pada deras hujan. Menyambar tapi tak bersuara, menjalar diam-diam panasnya. Tapi kupastikan, rinduku takkan membunuhmu. Tapi.. Terkadang rinduku liar serupa rumput di pekarangan, semakin waktu menginjak-injak helainya, semakin kuat akarnya. Tapi kupastikan, rinduku takkan menjeratmu. Tapi.. Seringkali rinduku tak tahu malu, melarikan diri dari awasku. Beriringan mengunjungi dan mengetuk jendela barakmu, minta diberi jalan masuk. Memelukmu, lewat dingin angin malam yang berebut lenganmu dengan selimut. Tapi kupastikan, rinduku takkan membekukanmu.