Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

Masih

Aku adalah siku yang selalu berusaha menjangkaumu. Kau adalah hidung yang tak bisa kusentuh barang sejengkal pun. Ah, sayangku. Bagaimana mungkin aku protes kepada Tuhan, perihal kita yang berada pada satu tubuh tapi tak bisa saling menyentuh. Sedangkan berada dekat denganmu saja, bahagiaku hampir penuh. Kau adalah pualam yang tidur pulas di mangkuk bening. Aku adalah sepasang mata yang mengintaimu dari balik etalase tak berkunci. Aku ingin menjangkaumu, mengusap barang sekali saja. Tapi apalah yang bisa sepasang mata lakukan; selain mengamati dan mengintaimu diam-diam. Aku adalah gelas-gelas kaca berkaki satu. Kau adalah sebotol gendut anggur di perut meja. Aku menunggu sepasang tangan menuangkan kau ke pangkuanku, kemudian mereka bersulang dan membiarkanmu menari di pelukanku. Kemudian mereka menelanmu, juga menyesapku. Kita akan mati bersama, kemudian hidup kembali sebagai nafas bahagia orang-orang pirang di musim salju. Kau adalah phonograph tua, aku adalah piringan hitam ker

Untuk Laki-laki yang Mencintai Biru

Karena walaupun mendung dan malam membawa langit berubah abu-abu bahkan hitam Ia akan tetap kembali biru; Dan kau mencintai itu Maka aku ingin menjadi langitmu saja Agar bisa menjadi biru-mu Agar selalu bisa memayungimu Agar sesekali bisa menyentuh dahi dan pipimu Lewat tetes gerimis yang lolos dari halauanmu Agar bisa merajuk padamu lewat guntur dan mengurungmu di barak seharian lewat hujan Aku ingin meneduhkanmu lewat mendung Memanjakanmu lewat pelangi Aku ingin memangkumu yang terlelap Ketika gelap adalah aku, ketika malam adalah aku Aku ingin memelukmu yang terjaga Ketika surya menembus tubuhku, ketika pagi adalah aku Aku ingin mengingatkanmu pulang, dengan aku sebagai senja Aku ingin mengingatkanmu bangun, dengan aku sebagai fajar Aku ingin mengingatkanmu untuk tetap mengingatku, dengan aku sebagai aku. Aku langitmu, aku mencintaimu:)