Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Senandung Perempuan Buta Nada

Masih terekam jelas rendah suaramu malam itu Kau bercerita tentang lagu yang baru-baru ini mencuri spasi di kepalamu Bergumul merumahkan liriknya di sana Lalu, aku yang takut tersaingi ini diam-diam cemburu Begitu lah jarak hidup sebagai sesuatu yang mengerikan Aku yang hanya bisa kaudengar suaranya, tak mau tenggelam dikubur senandung-senandung pengantar tidurmu Dengan petikan paling sederhana dan suara yang melompati temponya Kukirimi kau lagu yang sama Ternyata cemburu adalah sebuah keberanian Hingga perempuan buta nada ini belajar bernyanyi Lagu yang diputar kekasihnya berkali-kali Aku tak perlu melihat nada untuk menyampaikan rindu Seperti aku selama ini tak perlu melihat engkau untuk memberitahumu Walau bisik-bisik; aku menyayangimu Aku Setakut itu Akan luput dari ingatan seorang Kamu. Pekanbaru, satu Senin pagi yang sendu.

Untuk yang Dilepas dan Melepaskan

Ini bukan ditujukan untuk yang sedang ditinggalkan, atau yang meninggalkan. Tapi untuk kita yang sedang sulit menerima pilihan dan keputusan seseorang, dan untuk kita yang sedang merasa salah telah memilih sebuah keputusan atas seseorang; untuk jujur dan pergi ketika sadar akan banyak luka yang timbul jika tetap tinggal. Keputusan untuk memilih terlihat kejam daripada berlama-lama memanjakan orang lain dalam kebohongan. Tidak ada rasa nyaman yang timbul dari sebuah paksaan.                 Untuk yang sedang sedih hatinya, berbagi lah pada seseorang yang sangat kau percaya. Tak perlu minta pendapat, karena hati yang sedih tidak butuh nasihat, ia hanya butuh dikosongkan dari hal-hal yang membuatmu begah; lewat mulutmu, lewat jemarimu. Bercerita lah kepada sahabatmu, tak perlu menjadi kuat hari ini, menangis lah ketika terasa sakit, tertawa lah ketika mengingat hal-hal manis. Menulis lah sebagai anonim jika kau tak percaya siapapun untuk mendengar ceritamu, tumpahkan tangisanmu lew