Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2011

Bait Rindu kepada Sunyi :)

Telah kutemukan rumah untuk aku tempati Aku menamainya hatimu Aku senang memimpikanmu untuk menyelamatkan hidup seseorang Hidupku Telah kusampaikan dengan adil Sebait rindu kepada  sunyi Sunyi itu ada pada lembut hela nafasmu Pada bling-bling kilau kerling tatapmu Tanpa laut lumba-lumba tak mampu menyelam Tanpa keduanya, kau dan aku tak akan tersenyum Membayangkan rasa sedalam samudera Telah lama kau hidup di mataku Aku bertahan tak berkedip Agar kau tetap di sana Engkau adalah alasan cakrawala menggantung cahaya setiap pagi Semata kata yang mampu menipu telingamu Rasa ini terlalu bisu untuk membuatmu mendengar Cinta itu bicara bisik-bisik, sayang Untuk mendengarnya, kau harus mendekat

cepen : Kupu-kupu Senja :)

            “Sudah lama dia seperti itu?”             “Sekitar dari dua tahun yang lalu, semenjak pusara itu ada yang punya”             “Maksudmu? Dia anggota pesugihan!? Kenapa tidak kau laporkan?”             “Ndasmu itu! Bukan.. Ini masalah hati”             Hampir rutin setiap minggu laki-laki itu duduk bersila memandangi sebuah pusara, membawa bucket bunga dengan pita berwarna jingga. Selalu seperti itu, bahkan kuncen pemakaman pun sudah hafal benar dengan wajahnya.                                                                         ***             Sejak pertemuan di rapat Sabtu lalu, Senja sudah memperhatikan tingkah Guntur, laki-laki itu. Ada yang menarik, tapi entah apa.             “Nja, nanti pulang sama siapa?”, tepukan tangan Rayi di bahunya membuyarkan khayalan tentang Guntur. Seandainya ini suara Guntur...             “Naik taksi, Yi”             “Mau aku anterin?”             “Bener? Apa nggak ngerepotin? Kita kan nggak searah”             “Kalo nanti Senja hila