Saya memang gila, kamu tau apa?
Kau pernah menyemai benih; yang ketika kutanya itu apa, kau diam saja. Kau merawatnya dengan tekun, tanpa seorangpun yang dapat mengusiknya. Kau sirami sendirian, kau pupuk dan kau lindungi dengan lenganmu sendiri. Benih itu tumbuh sendirian, di lahan kosong yang kau pagari dengan susah-senangmu, sedih-bahagiamu. Lahan kosong itu, hatiku. Benih itu rupanya tanaman merambat, yang semakin hari semakin tumbuh sehat. Semakin berurat dan menjerat lahanmu, hatiku. Pagi itu, tanamanmu berbunga banyak. Merekah seperti bibir bayi-bayi, mekar seperti senyuman yang para ibu. Wangi seperti di dalam dekap ayah. Hangat seperti rangkul yang kau lingarkan di hatiku. Benih itu, rupanya kebahagiaan. Yang berbunga tak kenal waktu, tak kenal layu. Terimakasih, sudah begitu kuat menjadi bahu yang kusandari setiap lelah; walaupun seringkali kau tak terlihat. Terimakasih sudah menjadi peluk yang begitu hangat, menjadi senyuman yang begitu tentram, menjadi kecup yang begitu lembut, menjadi genggam yang begitu