Untuk Yang Senyumannya Menjajah

     Dua anak manusia duduk bersisian; dibatasi sekotak martabak cokelat yang mulai dingin dan milkshake cokelat yang mulai tawar karena esnya mencair. Iya, sepaket kebahagiaan kecil yang kutagih melulu darimu waktu itu akhirnya kautebus suatu sore. Suatu sore ketika selai cokelat pada tiap gigitanku tertahan di kerongkongan, seperti menolak untuk tertelan; terlalu manis. Suatu sore ketika milkshake kesukaan kita mendadak bagaikan air putih, kutenggak tak mau berhenti, aku bagai predator kehausan. Aku mulai gugup, sepertinya ada yang keliru. Entah aku, entah sore ini. Lalu aku menebak-nebak. Mungkin ini karena sambil aku memangsa sepotong martabak seksi kecoklatan itu, tak sengaja aku ikut melahap remah senyummu yang renyah dan manis. Manis sekali sampai aku kehausan dan kalap menenggak habis segelas susu-kocok-cokelat di sisi tanganmu yang tertungkup.
     Kaupamit bersamaan dengan matahari undur diri, aku bingung tempias cahaya keemasan di balik jendela itu milik siapa. Indah sekali, mengajakku untuk berlama-lama duduk di teras rumah, mengamati adakah jejakmu yang tertinggal. Oh iya! Remah senyummu yang tertelan olehku itu aneh sekali. Rasanya seperti banyak kupu-kupu bergerak-gerak di perutku, sesekali menyundul hati kecilku. Aneh rasanya, seperti menyusup ke sisa rongga di jantungku, menambah degubnya semakin cepat sampai aku harus memeganginya. Semakin malam, semakin ganjil. Rasanya sebagian organku telah dijajah, saklar lampu di dalam sana sepertinya dinyalakan nonstop, aku tak bisa tidur. Malam itu yang kutahu, senyummu rupanya penjajah.
     Beruntungnya aku karena isi kepalaku belum kau kuasai. Tenang, aku masih bisa berlogika. Karena, ah, aku belum mau jatuh cinta. Dan kalaupun aku jatuh cinta, orang itu sudah pasti bukan kau. Tidak, aku tidak mungkin.. Ah. Berlogika tiba-tiba menjadi begitu melelahkan. Pokoknya, aku tidak jatuh cinta!
     Tapi, hey, rupanya logika bukanlah tempat untuk berembung soal cinta. Baiklah, baiklah, aku mengalah. Aku-jatuh- cinta kepadamu. Berterimakasih lah pada senyumanmu yang rupanya adalah siluman kupu-kupu!

Salam, jajahanmu yang enggan merdeka.

Komentar

Posting Komentar

some comments please :)

Postingan populer dari blog ini

cerpen : Merpati Rindu :)

Dear Putri

Hujannya langit, untuk bumi