Sama, kau ataupun mereka


Aku selalu tidak punya kesempatan untuk memberitahumu apa-apa yang menggangguku, pertama karena aku takut ini akan turut mengganggumu, kedua karena aku takut kau tidak akan peduli dan tentunya ini akan lebih mengganggu.
             Begini, aku ingin sekali berbagi, terlebih kepadamu. Tentang apa-apa saja yang membuatku bahagia, marah, dan sedih seperti sekarang ini. Tapi sepertinya, kau tidak akan rela memberikan sedikit waktumu untuk mendengarkan semuanya. Tapi Tuhan baik sekali, ketika aku benar-benar sangat membutuhkan bahumu saat ini, Tuhan memberikanku teman-teman yang siap sempurna meminjamkan bahu mereka, pertama untuk menopang sedihku karena sesuatu yang menggangguku ini, kedua untuk melepaskan kecewaku karena kau bukan salah satu dari mereka.
            Sederhana cara mereka menunjukkan rasa pedulinya, cukup membuatku terharu ketika melamunkannya. Mereka adalah mataku, ketika aku tidak bisa melihat dengan baik ke papan tulis saat kacamataku baru saja patah. Mereka adalah kakiku, ketika aku cedera dan kesulitan mengejar kelinciku yang lepas. Mereka adalah tanganku, ketika aku kesulitan membawa banyak barang. Mereka adalah telingaku, ketika ada yang diam-diam menceritakanku di belakang. Mereka adalah mulutku, ketika suaraku serak dan menggantikan tugasku membaca puisi. Mereka adalah guruku, ketika aku lama tak masuk sekolah dan ketinggalan banyak pelajaran. Mereka adalah dokterku, ketika kakiku berdarah terkena pecahan kaca. Mereka adalah koki hebat, yang membuatkanku mi instan ketika tau aku tidak boleh telat makan. Sederhana, mereka membuatku merasa lengkap di dalam ketidaksempurnaanku. Oh iya, mereka adalah kamu, ketika aku cerita aku sedang merindukanmu, mereka bersikap seolah-olah mereka adalah kamu.
            Mereka mengajakku bangkit, ketika aku jatuh ke lubang yang sama entah untuk yang keberapa kali. Karena ada segelintir orang-orang jahat yang dengan sempurna memperalatku, menjauhkanku dari semua perlakuan baik teman-temanku. Ada segelintir orang yang membuat nafasku sesak setiap harinya, membuatku susah memejamkan mata setiap malamnya, setiap malam ketika aku harus menahan semuanya sendirian, ketika tidak ada malaikat-malaikat yang Tuhan kirimkan berupa sahabat. Setiap malam ketika aku harus menahan kebencian, rasa malu, penyesalan, rasa kecewa, terhadap orang-orang yang membodohiku selama ini. Setiap malam ketika aku juga harus menahan rindu yang memburu setiap napasku, ketika kau mungkin sama sekali tidak ikut merasakannya. Setiap malam ketika aku menangis dan merekam kesedihan di blackberry voicenotes recorder-ku, kemudian mendengarkannya sendirian di tengah sunyi malam. Dunia dan kehidupanku adalah garam dan luka, yang menyakitkan ketika menyatu. Setiap kali aku sendirian, tanpa teman-temanku dan....... kamu.
            Setiap kali bercerita kepada Tuhan, tentangmu dan mereka. Setiap kali aku merapal nama kalian semua di dalam doa. Berharap semoga tidak akan ada yang pergi, ketika aku sedang serapuh ini.
            Setiap kali aku sedang bersama mereka, aku selalu menganggap seolah-olah kau adalah salah satu diantaranya.
            Teruntuk malaikat-malaikat yang Tuhan kirimkan kepadaku, terimakasih untuk hari yang telah berlalu bersama kenangan kita yang terpampang cerita di setiap potongan gambar yang tertangkap, terimakasih untuk saat ini yang sedang kita nikmati lelahnya, terimakasih sebelumnya untuk hari-hari kedepan, kita punya sejuta kebahagiaan yang masih tersimpan rapat menjadi rahasia.
            Teruntuk segelintir orang yang belum lelah menyalahgunakan simpati dan rasa percayaku, kali ini percayalah, aku masih punya kekuatan ketika kalian menginjak-injakku penuh rasa keemenangan. Semoga aku lekas melupakan semua yang kalian berikan, semoga aku cukup ikhlas memaafkan semuanya. Maaf, untuk sementara rasanya aku pantas menganggap kalian jahat. Maaf, karena selalu memberikan kalian kesempatan merajut dosa. Maaf, terlalu lugu dan membuat kalian muak sehingga terus-terusan membodohiku. Maaf, karena duniaku dan kalian berbeda. Maaf, aku belum bisa mengikhlaskan semuanya. Maaf, aku benci kalian mulai saat ini, ketika aku tau betapa bodohnya aku selama ini.
            Dan untukmu, hei aku rindu.

Komentar

Posting Komentar

some comments please :)

Postingan populer dari blog ini

cerpen : Merpati Rindu :)

Dear Putri

Hujannya langit, untuk bumi